Basuluh Banua, Merawat Rawa dan Budaya Banua

oleh -47 views

Kalseltenginfo.com, Amuntai — Seminar bertajuk “Potensi Budaya, Basuluh Banua” berlangsung hangat di Aula Idham Chalid, Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Sabtu (8/11/2025). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Balai Kelestarian Kebudayaan Wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten HSU dan sejumlah dinas terkait.

Tiga narasumber dihadirkan dalam kegiatan tersebut, yakni Anton Hendrawan, documentary filmmaker yang dikenal sebagai perancang program Si Bolang Trans7, M. Panji Kesumah selaku tenaga ahli pengembangan budaya, dan Ignaseus Kendal dari Gerakan Konservasi Alam.

Ketiganya memberikan perspektif mendalam mengenai potensi besar wilayah rawa dan kearifan budaya masyarakat di HSU, yang perlu terus dilestarikan dan dikembangkan.

Anton Hendrawan menyoroti kekayaan ekologis dan budaya yang dimiliki kawasan rawa HSU. Ia menilai, daerah ini menyimpan potensi luar biasa jika digarap dengan strategi yang tepat dan berkelanjutan.

“Kawasan rawa bukan sekadar lahan basah, tetapi sumber kehidupan dan identitas masyarakat Banua. Potensi itu akan dikenal dunia bila dikemas dengan baik, terutama lewat promosi digital, media sosial, dan film dokumenter yang konsisten,” ujar Anton.

Salah satu kekayaan budaya yang menjadi perhatian dalam seminar adalah tradisi Kerbau Rawa atau Hadangan Kalang, yang hidup di wilayah Danau Panggang.

Tradisi ini menggambarkan harmoni antara manusia dan alam, ketika kerbau beradaptasi dengan lingkungan rawa dan menjadi bagian penting dari sistem ekonomi serta sosial masyarakat setempat.

Selain potensi budaya, seminar juga membahas peluang ekonomi berbasis sumber daya rawa. Kawasan HSU memiliki kekayaan yang luas untuk sektor pertanian, peternakan, dan perikanan.

Tanaman padi, kacang tanah, dan kangkung merupakan komoditas yang cocok dikembangkan di lahan rawa. Sementara itu, peternakan kerbau rawa dan itik alabio menjadi unggulan khas daerah yang sudah terbukti produktif dan adaptif.

Integrasi antara pertanian dan peternakan dinilai mampu menciptakan model usaha tani terpadu, yang tidak hanya berorientasi ekonomi tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan.

Di sisi lain, potensi perikanan rawa dan sungai di beberapa kecamatan juga disebut memiliki prospek besar untuk dikembangkan menjadi usaha berkelanjutan sekaligus mendukung ketahanan pangan masyarakat lokal.

Ignaseus Kendal dan M. Panji Kesumah menambahkan, potensi rawa dan budaya di HSU juga membuka peluang untuk pengembangan pariwisata dan ekowisata. Keunikan bentang alam, tradisi masyarakat, serta kekayaan flora-fauna rawa dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan, asalkan dikelola dengan prinsip konservasi dan edukasi lingkungan.

Para pembicara juga menyoroti pentingnya menjadikan Situs Candi Agung Amuntai sebagai pusat penelitian budaya dan sejarah yang lebih luas. Candi ini diyakini menyimpan jejak penting peradaban masa lalu di Kalimantan Selatan, yang perlu terus digali dan diperkenalkan agar tidak tenggelam oleh arus modernisasi.

Melalui kegiatan Basuluh Banua ini, diharapkan muncul kesadaran bersama untuk menjaga, mengembangkan, dan mempromosikan potensi budaya dan sumber daya alam HSU secara berkelanjutan.

“Budaya adalah cahaya Banua jika dijaga, ia akan terus menerangi arah pembangunan kita,” tutup Anton Hendrawan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.