Kalseltenginfo.com, Bogor β Kementerian Pertanian Republik Indonesia terus mendorong minat anak muda di negeri ini terjun ke sektor pertanian. Melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), peran lembaga pendidikan vokasi terus dimaksimal.Tujuannya adalah untuk mencetak sekaligus meregenerasi petani.
Dan BPPSDMP pun melalui Program Youth Entrepreneur and Employment Support Services (YESS) juga menginisiasi rangkaian kegiatan Penumbuhan Petani Milenial dalam Mendukung Regenerasi Petani dan Ketahanan Pangan Nasional.
Salah satu upaya pencetakan petani muda itu adalah melalui pelatihan dan Sertifikasi Ekspor bagi Petani Milenial penerima manfaat dari program YESS. Dengan kegiatan ini pula ke depannya para petani muda mampu mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan pasar di negara tujuan ekspor.
Kegiatan ini pun mendapat respon luar biasa dari 30 peserta yang merupakan perwakilan 4 (empat) Provincial Project Implementation Unit (PPIU) YESS. Selama empat hari sejak Jumat (03/11/2023) hingga Senin (06/11/2023) peserta dari Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan, mereka menimba ilmu di Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian Ciawi, Bogor, Jawa Barat.
Pada kegiatan ini, Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembagunan Negeri (SMK PPN) Banjarbaru (sebagai PPIU Kalsel) mengirimkan 5 orang petani milenial dari 3 Kabupaten pelaksana program YESS di Kalsel.
Mereka adalah Joko Nugroho (olahan keripik pisang dari Kabupaten Tanah Bumbu), Tri Mukti (olahan rempah-rempahan jahe dan temulawak bubuk) dari Kabupaten Tanah Bumbu), Ahmad Ridho (budidaya dan olahan madu murni) dan Abdurrahman (olahan jahe) dari Kabupaten Banjar. Sedangkan wakil Kabupaten Tanah Laut terdapat , Purnomo (olahan kopi).
Project Manager PPIU Kalsel, Angga Tri Aditia Permana, mengungkapkan keikutsertaan petani milenial Kalsel adalah sebagai penguatan kapasitas dalam menyongsong keberlanjutan usaha mereka. Salah satunya adalah mengembangkan ekspor dari usaha-usaha yang dilakoni di sektor pertanian.
βHal ini diperlukan agar para petani muda mampu mengoperasikan platform e-commerce untuk mencari potential buyer sehingga dapat melaksanakan komunikasi dan negosiasi harga. Selain bisa menyiapkan dokumen ekspor serta menentukan harga jual produk ekspor dan berkordinasi dengan perusahaan logistik,β ungkap Angga.
Selain mendapatkan pelatihan peningkatan kapasitas, mereka juga mengikuti uji kompetensi dari BNSP dengan skema perdagangan ekspor. Diharapkan setelah dilatih, peserta Pelatihan Smart Agribisnis dan Pelatihan dan Sertifikasi Ekspor, dapat menjadikan Smart Farming, Kredit Usaha Rakyat dan Networking sebagai amunisi dalam membangun usaha pertanian.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi menjelaskan, Kementerian Pertanian telah menetapkan arah kebijakan pembangunan pertanian untuk mencapai kinerja yang lebih baik dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, memanfaatkan teknologi modern, dan korporasi petani sesuai arahan Presiden.
“Yang perlu dicermati, diperkirakan dalam 10 tahun yang akan datang, Indonesia akan mengalami krisis petani. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa jumlah petani muda semakin tahun semakin menurun,” sebut Dedi.