Harga BBM Naik, Pemerintah Mesti Berikan Solusi Cerdas Untuk Rakyat

oleh -1,610 views
Foto : Helmi Rifai'i, SH Ketua DPW Partai Parsindo Kalsel

Gejolak harga minya di dunia berpengaruh nyata terhadap ekonomi Indonesia. Sejatinya Harga minyak yang tinggi ternyata tidak menguntungkan perekonomian negara mana pun di Asia, termasuk Indonesia. Ada faktor lain yang membuat harga BBM di negeri kita ini naik, salah satunya adalah karena adanya under supply dalam negeri jika dibandingkan dengan demand-nya.Sudah barang tentu menurut pemerintah hal ini akan menguras anggaran belanja negara.

Sabtu siang, 3 September 2022 tepat pukul 14.00 WIB Presiden Jokowi mengumumkan secara resmi kenaikan harga BBM. Presiden pun menekankan selama ini pemerintah terus berupaya menekan dan meringankan beban masyarakat dari gejolak harga dunia.

Kenaikan BBM bersubsidi di mulai dari Pertalite yang bergeser dari Rp. 7.650 menjadi Rp.10 ribu per liternya. Tak hanya Pertaline, kenaikan juga terjadi pada solar bersubsidi dari Rp. 5.150 per liter menjadi Rp. 6.800 per liter. Selain itu pemerintah menyesuaikan BBM non-subsidi harga Pertamax dari Rp12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.

Menurut Presiden, anggaran subsidi dan kompensasi BBM Tahun 2022 telah meningkat tiga kali lipat dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 Triliun, trennya akan meningkat terus. Ironisnya lagi lebih dari 70 persen subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu, yaitu pemilik mobil-mobil pribadi. Presiden pun menekankan semestinya uang negara itu harus diprioritaskan untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang kurang mampu.

Pemerintah pun sebut Jokowi akan mengalihkan sebagian subsidi BBM untuk bantuan yang lebih tepat sasaran yaitu Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM sebesar Rp 12,4 Triliun rupiah yang akan disalurkan kepada 20,65 juta keluarga kurang mampu sebesar Rp 150 ribu setiap bulannya yang akan mulai disalurkan pada bulan September hinga empat bulan kedepan. Selain itu pemerintah juga menyiapkan sejumlah bantuan lain seperti subsidi upah , bantuan untuk angkutan umum dan juga nelayan.

Sejatinya niat mulia pemerintah adalah bagaimana masyarakat berkurang beban ekonomi dibalik bergejolaknya harga minya dunia. Sah-sah saja dan masuk akal, kebijakan ini untuk kepentingan masyarakat secara luas. Dilihat dari sudut pandang yang cuku luas pula, kenaikan harga BBM ini pula, akan berimplikasi secara eksponensial terhadap fundamental makro ekonomi. Karena circle economic pasti terjadi, suka tidak suka yang harus dihadapi masyarakat di Indonesia. Sudah pasti berdampak pula kepada masyarakat kecil di tanah air.

Jumlah konsumsi BBM yang semakin meningkat tentunya suatu kondisi yang wajar dan dapat dipahami, mengingat jumlah pihak atau masyarakat yang membutuhkan BBM dari periode ke periode cenderung semakin bertambah. Selain itu kebutuhan masyarakat akan BBM pada kondisi masyarakat sekarang ini sudah menjadi suatu kebutuhan hidup sehari-hari yang sifatnya harus dipenuhi, karena berkaitan dengan berbagai aktivitas hidup dan kehidupan masyarakat umumnya.So, dampak langsung pun yang paling terdekat adalah harga-harga kebutuhan pokok pun ramai-ramai ikut naik.Alasannya beban operasional (produksi, distribusi,biaya lain-lainnya) ikut tinggi.

Situasi sulit memang membuat pemerintah mengambil langkah keputusan yang terbilang sulit.Terlebih sebelumnya bangsa ini menghadapai cobaan terbesar, pandemi Covid-19, yang meluluhlantakkan perekonomian dan aktivitas ekonomi Indonesia. Pemerintah berasumsi ebagian subsidi BBM akan dialihkan untuk bantuan yang lebih tepat sasaran.

Salah satunya adalah Bantuan langsung tunai BLT BBM sebesar Rp 12,4 Triliun Rupiah yang diberikan kepada 20,65 juta keluarga yang kurang mampu sebesar Rp 150.000 per bulan dan mulai diberikan bulan September selama 4 bulan. Untuk hal ini pemerintah sudah menganggarkan dana sebesar Rp 9,6 Triliun untuk 16 juta pekerjaan dengan gaji maksimum Rp3,5 juta per bulan dalam bentuk bantuan subsidi upah yang diberikan sebesar Rp 600.000.

Mantan Menko Perekonomian yang sekarang bertugas sebagai Panel Ahli PBB Rizal Ramli, pernah dalam sebuah diskusi mengatakan jika ingin melakukan revolusi mental, maka seharusnya pemerintah mengubah cara memandang persoalan BBM. Bukan sekadar melihat peroslan di hilir berupa harga BBM yang dinilai masih dapat dinaikkan. Tetapi, juga melihat ke persoalan hulu yang berkaitan dengan penyebab krisis BBM di dalam negeri.

Namun di satu sisi menurut hemat kami, bukan hanya persoalan di sektor Migas semata, namun yang terpenting adalah bagaimana solusi-solusi cerdas mengatasi dampak kenaikan harga BBM, yang bakal “Baimbaian” dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, yang berimbas kepada masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan dan berada di strata belum sejahtera. Ada banyak pendapat dan saran, namun yang smart adalah bagaimana mewujudkan dan merealisasi program-program sosial, bukan sekedar memberikan BLT namun mencerdaskan masyarakat untuk bisa berusaha dan berwirausaha. Sebuah kolaborasi dan sinergi memang dibutuhkan untuk mengatasi persoalan yang terus berputar-putar jika harga BBM naik.

Penulis adalah Helmi Rifa’i, SH Ketua DPW Partai Parsindo Kalsel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.