Kalseltenginfo.com, Barabai – Kota Barabai kembali didera bencana. Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, dalam setahun sudah empat kali kebanjiran. Minggu (28/11/2021), hampir seluruh kota dan perkampungan di Hulu Sungai Tengah dikepung banjir.
Akibat peristiwa ini seluruh aktivitas warga Barabai, termasuk enam kecamatan lainnya di bumi Murakata ini lumpuh total. Seluruh akses ke dalam maupun ke luar kota Barabai terputus, akibat tingginya air menggenangi jalan-jalan utama kota maupun perkampungan warga.
Kasus terulangnya banjir ini pun mengundang keprihatinan dimana-mana. Bagaimana tidak, kabupaten ini ketiban air bah di saat hujan lebat mengguyur kota yang terkenal dengan julukan Paris Van Borneo. Kondisi ini pun lagi-lagi membuat ratusan warga di sejumlah perkampungan harus diungsikan ke kawasan yang lebih tinggi. Mereka yang tak bisa ke luar kampung , terpaksa mengungsi di rumah tetangga maupun tempat ibadah. Bahkan diantaranya sempat berteduh di atas plafon rumah.
“Ini harus menjadi perhatian bersama. Jangan sampai ini terulang kembali. Sudah saatnya kita pikirkan bersama-sama memecahkan masalah ini. Kasihan masyarakat Hulu Sungai Tengah, mereka cukup lama menderita dengan banjir berkepanjangan sepanjang tahun,” kata pemerhati sosial masyarakat asal Banjarmasin, Helmi Rifai, kepada wartawan, Senin (29/11/2021).
Menurut pria yang juga Ketua DPD Partai Emas Kalsel, sudah saatnya pemerintah bergerak cepat lagi. Walaupun Bupati Hulu Sungai Tengah bersama komponen lainnya, berupaya keras mengatasi dalam situasi seperti ini, namun harus ditambah format penyelesaian yang membuat peristiwa bencana ini tidak terulang. Apalagi kondisi bencana seperti ini, mendapat pula perhatian serius Gubernur Kalsel, H. Sahbirin Noor, dengan mendukung penuh status tanggap darurat bencana banjir. Apalagi banjir kali ini juga sudah melanda enam kabupaten di Kalsel, termasuk Hulu Sungai Tengah.
“Memang ada pemikiran berbagai intelektual dan kawan-kawan di lapangan untuk mengambil langkah strategis. Salah satunya Hulu Sungai Tengah mesti menambah bendungan baru yang lebih luas, sehingga mengurangi terjadinya insiden bencana yang lebih luas lagi,” sebut Helmi Rifai.
Helmi sendiri sangat sependapat dengan usulan yang dikemukakan salah satu tokoh muda banua, M. Fajeri yang meminta pemerintah selain memperkuat mitigasi bencana di Kalsel, Pemerintah perlu bercermin dari Bencana Banjir sebelumnya dan Putusan PTUN Banjarmasin terkait Banjir Kalsel di awal tahun 2021 yang dimenangkan masyarakat. Pemerintah Pusat, Pemprov Kalsel, Pemkab dan DPRD antisipatif mengkaji ulang izin-izin pemanfaatan kawasan hutan yang tidak mendukung kelestarian lingkungan, sambil menggalakkan program rehabilitasi hutan dengan penanaman pohon secara massal dan masif dan berskala luas.
“Hal tersebut memang jadi solusi jangka panjang mengurangi besar dan kecepatan aliran air permukaan tanah adalah dengan menanam pohon. Makin banyak penutupan pohon kesempatan air berinfiltrasi ke dalam tanah makin besar dibanding dengan air yang mengalir di permukaan tanah,” ujar M. Pajeri dalam siaran pers yang dikirimkan ke sejumlah media di Kalsel, Senin (29/11/2021).