Banjarmasin di Usia Emas Menjaga Pusaka, Merawat Masa Depan

oleh -698 views

Kalseltenginfo.com, Banjarmasin – Tanggal 24 September menjadi tanggal sakral bagi masyarakat Banjarmasin. Karena pada tanggal itulah diperingati sebagai Hari Jadi Kota Banjarmasin.Kota yang dulunya dibangun seiring hadirnya Kesultanan Banjar dibawah kepemimpinan Sultan Suriansyah, 499 tahun silam, kini tumbuh menjadi kota modern dan sekarang dibawah kendali duet pemerintahan Yamin dan Ananda.

Di usianya yang hampir menyentuh setengah milenium, Banjarmasin bukan sekadar kota tua yang sarat sejarah. Ia adalah kota pusaka yang jiwanya terukir di setiap alir sungai, di setiap bilah kayu rumah panggung, dan di setiap bait syair Maulid Habsyi. Di usianya yang ke-499, Banjarmasin berdiri di persimpangan jalan antara merawat kenangan indah masa lalu dan merangkai harapan baru untuk masa depan.

Banjarmasin yang kita kenal hari ini adalah buah dari peradaban panjang. Dari Kesultanan Banjar yang berdaulat hingga pusat perdagangan yang ramai, kota ini selalu menjadi episentrum budaya dan ekonomi. Namun, tantangan modernitas datang dengan gelombang besar, menguji ketahanan identitasnya.

Bagaimana menjaga peradaban di tengah arus globalisasi yang kian deras? Jawabannya terletak pada kesadaran kolektif untuk tidak hanya mengingat masa lalu, tetapi menjadikannya sebagai fondasi untuk melangkah.

Masa depan Banjarmasin sebagai kota pusaka tidak terletak pada museum yang terisi benda-benda kuno, melainkan pada denyut kehidupan masyarakat yang terus merawat warisannya. Ini berarti menghidupkan kembali fungsi sungai sebagai urat nadi kehidupan, bukan sekadar kanal mati.

Ini berarti pula merestorasi pasar terapung bukan sekadar atraksi turis, tetapi sebagai ruang interaksi sosial yang otentik. Pembangunan haruslah harmonis dengan alam, dengan arsitektur yang mencerminkan kearifan lokal, dan program kota yang berfokus pada kelestarian lingkungan.

Di balik kemilau modernitas, Banjarmasin harus setia pada pusakanya. Pendidikan harus menanamkan rasa cinta pada budaya Banjar sejak dini. Ekonomi kreatif harus berbasis pada seni dan kerajinan lokal. Setiap kebijakan pembangunan harus selaras dengan karakter kota sungai yang unik.

Masa depan Banjarmasin di usia emasnya bukan tentang ambisi menjadi kota metropolitan raksasa, melainkan tentang keberanian menjadi kota pusaka yang modern. Sebuah kota yang membuktikan bahwa kemajuan dan tradisi dapat berjalan beriringan, menghasilkan peradaban baru yang kokoh, berbudaya, dan tetap setia pada akarnya. Inilah saatnya Banjarmasin tidak hanya berbangga dengan masa lalunya, tetapi juga berani bermimpi menjadi penjaga peradaban di mata dunia.

• Helmi Rifai SH
Penulis adalah Pemimpin Umum Kalseltenginfo.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.