Kalseltenginfo.com, Lombok – Awal oktober menjadi momen seru bagi keluarga besar Kerukunan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia (KUKMI). Karena bisa bertemu dan bersilaturahmi dalam Munas ke VIII di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat dari 29 september hingga 02 oktober 2023.
Tak hanya memiliki Ketua Umum yang baru, Yudianto Tri. Nahkoda baru ini menggantikan Ketua Umum Azwir Dainy Tara, salah satu tokoh panutan KUKMI yang menyerahkan estafet kepemimpinan karena sudah lima periode memimpin organisasi. Rapat pleno Munas KUKMI yang berlangsung Sabtu, (30/09/2023) secara resmi menetapkan Yudianto Tri sebagai Ketua Umum KUKMI 2023-2028.
Usai mengikuti Munas KUKMI, puluhan pengurus daerah termasuk Sekretaris DPD KUKMI Kalsel, Helmi Rifai SH, traveling menjelajahi kawasan wisata yang ada di Nusa Tenggara Barat. Salah satu yang menjadi tujuan wisata mereka adalah Kampung Sade di Lombok Tengah.
Bagi wisatawan Desa Sade salah satu destinasi favorit para wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Sejak tahun 1975 Sade dikenal sebagai kampung sangat setia melestarikan keunikan adat Suku Sasak. Kampung ini pun tetap mempertahankan kearifan lokal, mulai bentuk bangunan, tradisi kawin culik hingga kisah turun temurun nenek moyang orang Sade berasal dari Jawa. Yakni, leluhur Hama Ratu Mas Sang Haji.
“Alhamdulillah sejak peresmian Bandara Internasional Lombok Praya pada 2011, orang berwisata dan mengunjungi Desa Sade sangat tinggi. Karena keberagaman budaya dan keunikan itu, Desa Sade menjadi destinasi yang menarik,” terang Aji salah satu pemandu wisata yang menemani Helmi Rifai menjelajahi kampung Suku Sasak, Minggu (02/10/2023).
Helmi sendiri bersyukur bisa menikmati perjalanan sembari melihat dari dekat kehidupan masyarakat yang tetap setia menjaga kearifan lokal. Karena itulah perjalanan sepanjang 43 Kilometer dari Kota Mataram tak terasa hingga akhirnya bus berhenti di depan perkampungan Sade.
Perjalanan ke Desa yang memiliki luas 5,5 hektare dengan 150 rumah berdiri di atasnya. Setiap rumah terdiri dari satu kepala keluarga, dengan jumlah seluruh penduduk sekitar 700 orang, tentu pengalaman baru bagi pria yang dikenal sebagai wirausahawan muda Banjarmasin.
“Alhamdulillah ini perjalanan atau journey menarik tentang keunikan Desa Sade.Kita pun bisa menemui rumah-rumah warga yang memiliki keunikan dengan tiga tangga, ini merupakan simbol waktu telu,” ucap Helmi sembari video call dengan temannya di Banjarmasin memperlihatkan keunikan bangunan rumah suku Sasak di Desa Sade.
Helmi sendiri sempat terkejut pula saat guide yang membawa mereka menceritakan budaya unik di desa ini. Salah satunya adalah budaya menenun yang sangat populer di kalangan perempuan Desa Sade.Konon perempuannya sudah belajar sejak usia belia yakni tujuh hingga sepuluh tahun.
“Biasanya kebiasaannya ini dilakukan perempuan Sasak , saat masa panen telah berakhir. Selain itu, orang Sasak di Desa Sade percaya bahwa perempuan Sasak wajib menguasai keterampilan menenun sebelum menikah,” cerita sang Guide sembari memperlihatkan alat tenun di sebuah rumah.
Salah satu hasil karya terbesar perempuan Sasak ini adalah kain songket, yang terbuat dari benang emas atau perak yang ditenun bersamaan dengan katun atau sutra. Untuk membuat sehelai Songket, konon disebutkan dibutuhkan kain sepanjang dua meter dengan waktu pengerjaan selama dua sampai tiga minggu.
“Tentu ini butuh kesabaran dengan hasil yang terbilang bagus dan bernilai seni cukup tinggi. Jadi sudah sewajarnya mengapa ini limited edition dan harganya sesuai dengan hasil dari proses panjang pembuatannya. Ini yang bikin bangga Indonesia,” kata Helmi yang merupakan Caleg Partai Nasdem untuk Wilayah Kalsel Dapil Kota Banjarmasin.